Bisniscom, BANDUNG - Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, dijadikan percontohan nasional dalam pengelolaan digitalisasi pertanian. Korporatisasi pertanian digital dalam mendukung rantai ekosistem halal value chain berbasis koperasi pesantren ini diresmikan langsung oleh Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, Selasa

Pondok Pesantren Al Andalus adalah sebuah pondok pesantren terkemuka yang berlokasi di Sukamakmur putra dan Jonggol putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ponpes ini menawarkan sejumlah program unggulan seperti Tahfidz 30 juz, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan entrepreneurship. Dilansir dari situs resminya, biaya pendidikan di ponpes ini terdiri dari beberapa komponen, seperti biaya registrasi, biaya SPP per bulan, dan biaya daftar ulang tahunan. Update pendaftaran dan Biaya Pondok Pesantren Al Andalus Jonggol sumber Pondok Pesantren Al Andalus menyediakan beberapa jenjang pendidikan, yakni SMPIT dan SMAIT serta idad Lughawiy bagi santri putra dan putri. Jenjang SMPIT dan SMAIT di pondok pesantren ini menggabungkan kurikulum Tahfidz, Diniyyah, dan Bahasa Arab khas Pondok Pesantren Islam Internasional Al Andalus dengan kurikulum standar nasional. Seluruh santri pada masa akhir pendidikan memiliki dua ijazah, yakni pesantren dan negeri, sehingga memungkinkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Sementara itu untuk jenjang I’dad Lughawiy, merupakan program Bahasa Arab dan al quran intensif untuk para lulusan SMP/MTs umum luar SMPIT Pondok Pesantren Al Andalus selama 1 tahun sebelum melanjutkan pendidikan di SMAIT Al Andalus. Mata pelajaran yang diselenggarakan mencakup akidah, bahasa Arab, fiqh, hadits wa ulumuhu, kajian umum dan JT, kitabah, nahwu, qiro’ah, serta shorof. Untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar, sudah tersedia beragam fasilitas memadai mulai dari gedung sekolah yang nyaman untuk mendukung kegiatan belajar dan mengajar, masjid untuk ibadah harian para santri, asrama, workshop entrepreneurship, sarana olahraga berupa lapangan yang cukup luas, restorasi, minimarket, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, hingga laboratorium IPA. Dilansir dari situs resminya, Pondok Pesantren Al Andalus membagi biaya pendidikan menjadi uang pendaftaran, uang pangkal meliputi uang gedung dan uang perlengkapan, serta SPP. Nah, bagi Anda yang berniat menyekolahkan anak Anda di Pondok Pesantren Al Andalus, berikut kami sajikan informasi terbaru biaya pendidikan untuk tahun akademik 2023/2024. Pondok Pesantren Al Andalus twitter pp_alandalusBiaya Pesantren Al Andalus Jonggol TA 2023/2024 Komponen Biaya Biaya Uang Pendaftaran Uang Pangkal Infaq, Perlengkapan, Seragam, Kegiatan Ekstra Tahun Pertama SPP Biaya Pendidikan, Asrama, Makan 3x sehari, Laundry maks. 20 kg per bulan Biaya Daftar Ulang per tahun menyesuaikan Informasi biaya masuk Pondok Pesantren Al Andalus di atas kami rangkum dari situs resmi institusi pendidikan yang bersangkutan. Jika dibandingkan tahun ajaran 2022/2023 lalu, biaya studi Pesantren Al Andalus Jonggol saat ini terpantau naik. Misalnya, biaya pendaftaran yang semula hanya Rp350 ribu, kini menjadi Rp550 ribu, Begitu pula biaya SPP yang naik dari Rp2,5 juta menjadi Rp2,75 juta per bulan. Biasanya, pihak Pondok Pesantren Al Andalus juga menyediakan beasiswa bagi anak yatim yang ingin mendaftar jenjang SMP atau beasiswa bagi yang lulus tes PPSB. Beberapa tahun lalu, calon santri yang lulus tes PPSB peringkat 1 memperoleh diskon 100 persen uang pengembangan, kemudian peringkat 2 lulus tes PPSB mendapat diskon 50 persen uang pengembangan, pendaftar dari kaum yatim dhuafa atau lulus tes 5 besar memperoleh beasiswa penuh, sedangkan yang lulus tes dan hafal 5 juz Al Quran juga mendapatkan diskon 100 persen uang pengembangan. Ilustrasi Salah Satu Kegiatan Keagamaan di Ponpes Al Andalus credit pesantren-alandalusSyarat Pendaftaran Pesantren Al Andalus Jonggol Mengisi formulir pendaftaran secara online. Membayar biaya pendaftaran sebesar Mengikuti tes seleksi sesuai jadwal yang telah ditetapkan. materi tes seleksi meliputi tes potensi akademik tulis, PAI, bahasa Indonesia, IPA, matematika, tes kepribadian tulis, tes Al Quran membaca dan menghafal, tes wawancara calon santri, dan wawancara wali calon santri. Menyerahkan fotokopi rapor SD/MI dari kelas 5, untuk SMP/MTs menyerahkan rapor dari kelas 8 yang telah dilegalisir sebanyak 1 lembar. Fotokopi NISN atau surat keterangan NISN sebanyak 1 lembar. Fotokopi akta kelahiran sebanyak 1 lembar. Foto seluruh badan berwarna dengan background bebas ukuran 4R sebanyak 1 lembar. Menyerahkan surat keterangan sehat. Mekanisme Pendaftaran Pondok Pesantren Al Andalus Calon santri wajib mengisi formulir pendaftaran secara online di situs resmi pondok. Mengirimkan uang atau infak pendaftaran sebesar ke rekening BRI Syariah nomor 1033-7383-62 atas nama Pesantren Al Andalus Putra. Tiga digit angka terakhir menggunakan tiga digit terakhir nomor kontak pendaftar yang dicantumkan di formulir. Misalnya, jika nomor kontak yang dicantumkan adalah 0838 1151 5951, maka nominal yang dikirimkan adalah Melakukan konfirmasi pendaftaran ke nomor Sekretariat PSB 0838 1151 5951 dan menyertakan bukti transfer. Panitia akan mengirimkan nomor dan jadwal pelaksanaan tes seleksi. Santri Pondok Pesantren Al Andalus sumber Pendaftaran Pesantren Al Andalus Jonggol TA 2023/2024 Kegiatan Jadwal Pendaftaran Gelombang II 1 Januari – 25 Februari 2023 Tes Seleksi Online 26 Februari 2023 Pengumuman 6 – 7 Maret 2023 Daftar Ulang 6 – 8 Maret 2023 Hasil seleksi penerimaan santri baru diumumkan via website resmi Pondok Pesantren Al Andalus. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lengkap, Anda bisa langsung datang ke Jalan Raya Menteng KM 13, Kampung Cijurey, Desa Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor untuk putra atau Jalan Raya Menteng KM 6, Dusun Kadupandak, Desa Balekambang, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor untuk putri. Selain itu, bisa juga menghubungi Sekretariat PSB di nomor ponsel 0838 1151 5951 dan Humas Al Andalus di nomor ponsel 0811 3920 135. [Update Ditta] Pos terkaitBiaya UNIS Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang TA 2023/2024 Kelas Pagi dan SoreSyarat & Update Biaya Pembuatan Kartu Kuning AK-1Update Harga Diva Family Karaoke Cabang MalangUpdate Biaya Kursus Bahasa Jepang di JakartaBiaya Homeschooling di Malang TA 2023/2024Biaya Kuliah Universitas Trisakti Kelas Ekstensi TA 2023/2024 PendaftaranSantri Baru Online Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta Tahun Ajaran 2021/2022. Seluruh biaya pendaftaran santri baru PP Al-Muayyad dapat ditransfer melalui Rekening: BRI No. Rekening 7451-01--1. BRI Cab. Baron An. Noor Ridlo Eko Prasetyo & Ferry Indar Ardiansyah
Pesantren Al-Ittifaq menjadi contoh bagaimana sebuah institusi keagamaan mampu mandiri dalam sektor pangan dengan bertani. Selain mengaji, santrinya juga diajari bercocok tanam. Bahkan, Al-Ittifaq bisa mendistribusikan hasil pertaniannya ke pasar tradisional dan swalayan di daerahnya. Oleh Aminuddin Bandung, JAWA BARAT. Pondok pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama terdengar biasa saja, tapi bagaimana dengan ponpes yang memupuk santrinya untuk juga belajar ilmu pertanian. Hal itulah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren ponpes Al-Ittifaq, yang berlokasi di kampung Ciburial, Alam Endah, Rancabali, Kabupaten Bandung. Di pertenganah Juni 2020, di sebuah ruangan di pesantren yang digunakan sebagai ruang pengemasan, empat santri terlihat sibuk memilah sayur-sayuran. Tepat di tengah ruangan pengemasan tersebut terdapat meja berbentuk huruf U’ dan diatasnya tertumpuk aneka sayuran, baik yang sudah dikemas ataupun yang masih berada dalam keranjang sayuran. Celemek berwarna hitam terpasang menutupi bagian dada hingga lutut para santri. Selain menggunakan sarung tangan berbahan karet dan masker, kopiah pun tampak melekat menutupi bagian atas kepala santri-santri itu. Di bagian depan meja yang menghadap ke pintu masuk, salah satu santri sibuk memilah buncis yang memenuhi sebuah keranjang sayuran berukuran 60×40 cm. Di bagian kanan meja, santri lainnya memilah dan menimbang terong ungu, kemudian mengemasnya. Ruang pengemasan menjadi tempat bagi sebagian santri Al-Ittifaq melakukan aktifitas sehari-hari mereka. Biasanya, mereka bergiliran bekerja mengemas sayuran sejak pagi hari sehabis salat subuh hingga malam hari. Ketua Koperasi Pondok Pesantren Koponoen Al-Ittifaq, Agus Setia Irawan mengatakan berkebun dan beternak memang masuk dalam kurikulum pesantren. Bagi santri salaf di Al-Ittifaq, kegiatan mengaji hanya dilakukan setelah salat berjamaah lima waktu. “Istilahnya bertani menjadi bagian kurikulum di pesantren salaf atau tradisional. Jadi ngajinya itu selesai ba’da salat, sisa waktunya kita gunakan untuk kegiatan pertanian, packaging, peternakan juga,” kata Agus saat ditemui di Ponpes Al-Ittifaq, Kamis 18/6/2020. Beberapa santri Ponpes Al Ittifaq sedang sibuk mengemas aneka sayuran di ruang pengemasan Kopontren Al Ittifaq di Rancabali, Kabupaten Bandung 18/6/2020. Sumber Aminuddin Santri Al-Ittifaq dibagi menjadi tiga kelompok. Yang pertama bertugas di perkebunan untuk menanam, merawat hingga memanen hasil pertanian. Yang kedua, bertugas mengolah pasca panen meliputi pengemasan hingga mengurus rantai distribusi. Yang terakhir, bertugas mengurus ternak. Al-Ittifaq diasuh oleh Kiai Haji Fuad Affandi yang merupakan generasi ketiga pendiri ponpes Al-Ittifaq, pesantren yang sudah berdiri di kawasan dataran tinggi Rancabali sejak 1934. “Awal berdirinya ponpes Al-Ittifaq adalah pesantren yang hanya fokus pada pendidikan keagamaan,” jelas Fuad yang lebih akrab di panggil Mang Haji. Sepulangnya Mang Haji dari menimba ilmu di Ponpes Lasem, Jawa Tengah di tahun 1970, ia diberi mandat untuk mengganti peran bapaknya, Abah Haji Rifai sebagai pengasuh Ponpes. Di awal kepimpinannya, ia merubah kurikulum pesantren. Dasar pemikirannya sederhana, yaitu bagaimana caranya agar pesantren bisa lebih mandiri. Kala itu, bukanlah pekerjaan mudah untuk bisa menghidupi puluhan santri yang belajar di Al-Ittifaq. Alhasil pertanian pun dipilih Fuad untuk memenuhi kebututuhan pangan santrinya. “Santri semakin banyak, sedangkan namanya pesantren apalagi salafiyah kita tidak mengenakan biaya, jadi orang tua mengirimkan anaknya ke pesantren, maka jadi tanggungan pesantren,” bebernya. Al-Ittifaq kini memiliki luas lahan pertanian sekitar 11 hektar. Sebagian besar berada di sekitaran ponpes. Al-Ittifaq kini menjadi contoh pesantren yang mandiri di sektor pangan, dengan mengandalkan hasil pertanian dan peternakan sendiri untuk menghidupi santri sebanyak kurang lebih 550 orang. “Kita juga dapat hibah dari Perhutani seluas 30 hektar, itu statusnya HGU, dan sedang ditanami kopi,” ungka Mang Haji. Bahkan, dengan produksi sayur-mayurnya yang melimpah, Al-Ittifaq mampu menjual sayuran ke pasar tradisional dan swalayan di Bandung dan juga Jakarta. Saat ini Al-Ittifaq menjual sebanyak 63 jenis sayuran dan buah-buahan yang disalurkan ke gerai swalayan. Per harinya, Al-Ittifaq memasok 3,2 ton sayuran ke pasar. Sebanyak 60 persen menuju pasar tradisional, sedangkan sisanya menuju swalayan, restoran, dan hotel. Hasil pejualan sayuran itu diputarkan lagi oleh koperasi ponpes Al-Ittifaq sebagai modal pertanian, kebutuhan makan santri, dan kegiatan lain di pesantren seperti nikah masal, sunat masal, dan acara2 peringatan keagamaan seperti Maulis Nabi dan sebagainya. Pengembangan pasar melalui jaringan ponpes Butuh puluhan tahun bagi Al-Ittifaq agar bisa mandiri bahkan menjadi pemain kecil dalam menjaga ketahanan pangan di Indonesia. Jangkauan pasar yang mampu diakses Al-Ittifaq pun sudah semakin luas. Tingginya permintaan pasar, membuat Al-Ittifaq terus berevolusi menjadi pemasok sayuran mengandalkan jaringan ponpes. Agus menjelaskan, sekarang tidak semua sayuran yang dijual ke pasar merupakan hasil cocok tanam di Al-Ittifaq. Namun, pesantren kini juga sudah menjadi offtaker dari beberapa kelompok tani binaan Al-Ittifaq. Kepala Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq, Agus Setia irawan menunjukan salah satu sayuran hasil pertanian di ruang pengemasan Kopontren Al Ittifaq di Rancabali, Kabupaten Bandung 18/6/2020. Sumber Aminuddin Ada 9 kelompok tani, dengan jumlah total anggota sebesar 270 petani, yang dibina Al-Ittifaq. Mereka merupakan alumni Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Cianjur. Kesembilan kelompok tani ini rutin mengirimkan hasil tani mereka dua kali dalam sepekan. “Jadi karena ada ikatan antara kyai dan santrinya, kita tetap ada kegiatan keagamaan. Tiap malam Selasa dan malam Jumat, ada pengajian di pesantren. Selain mereka membawa hasil pertanian ke sini, mereka pun ngaji mingguan,” jelas Agus. Toat 40, petani binaan Al-Ittifaq, mengatakan kehadiran koperasi Al-Ittifaq telah sangat membantu dirinya. Sebelumnya,Toat biasa menyalurkan hasil pertanian ke tengkulak dengan harga murah. Namun, kini Toat menyalurkan komoditasnya melalui Al-Ittifaq dan menerima harga yang lebih layak. Toat bertani di lahan miliknya sendiri yang seluas sekitar 14 tumbak, atau hampir 200 meter persegi, dan memasok sekitar 6 jenis sayur-sayuran — selada, daun salam, daun pisang, wortel baby, pohpohan, dan buah bit. “Harga jualnya jauh. Saya kan packing sendiri itu per kg Rp untuk selada kriting. Itu kan kalau di pasar tradisional selada dijual ke bandar Rp. 5 ribu, tapi sekarang saya masih bisa jual lebih mahal,” kata Toat. Dalam skala lebih luas, sejak 2019, Al-Ittifaq bekerjasama dengan 16 pesantren lainnya untuk memaksimalkan potensi pertanian. Targetnya, adalah pada tahun 2024, Al-Ittifaq dan ke-16 pesantren itu bisa menjadikan Indonesia sebagai poros ekonomi syariah dunia. “[Tahun] 2019, kita coba transfer of knowledge, 2020 kita bikin greenhouse di 16 pesantren, nah Al-Ittifaq tidak punya anggaran, rata-rata satu pesantren butuh modal sekitar Rp 350 juta, kita coba ngobrol ke BI Departemen Ekonomi Keuangan Syariah, mereka support,” ungkap Agus. Salah satu pesantren yang bekerjasama dengan Al-Ittifaq, ponpes Bahrul Ulum, Jatinagara, Ciamis, menganggap kerjasama itu sangat menguntungkan karena membantu memaksimalkan potensi lahan yang dimilki pesantren. Bahrul Ulum memiliki lahan pertanian seluas 3 hektar. Kini sebagian lahan itu ditanami labu madu dan aneka sayuran khas dataran rendah. “Kami benar-benar terbantu dengan adanya bantuan kerjasama dengan Al-Ittifaq, sekarang kami bisa memaksimalkan potensi lahan yang kami miliki,” kata pimpinan ponpes Bahrul Ulum, Heri Heriyanto 45. Mereka berencana memiliki gudang hasil pertanian pada tahun 2022. Lalu, tahun berikutnya mereka ingin membangun pusat distribusi hasil pertanian di Majalengka. Maka pada tahun 2024, mereka menargetkan bisa mulai melakukan ekspor. Tiga langkah dari pinggir kantor Koperasi Al-Ittifaq, terdapat dua petak kolam ikan berukuran sekitar 30×40 meter. Ikan disana biasa ditangkap oleh santri untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Berjarak sekitar 50 meter dari Koperasi Pondok Pesantren Kopontren, berdiri megah beberapa greenhouse milik Al-Ittifaq. Udara terasa dingin saat Ekuatorial berkesempatan berkunjung ke salah satu greenhouse milik pesantren ini. Diantar oleh Muhammad Ruslan 28, santri yang bertugas di kebun, kami melewati pemukiman warga sebelum akhirnya tiba di greenhouse. Tidak ada batas seperti benteng ataupun pagar antara pemukiman warga dengan bangunan pesantren. Di dalam greenhouse, berjejer memanjang bedeng yang ditanami sayuran jenis bayam Jepang dan pakcoy. Di bagian tengah terdapat enam tong berwarna biru, berukuran jumbo berisi campuran air dan berbagai pupuk cair. Di pojok lainnya, ada mesin berbentuk persegi yang mampu mengendalikan penyiraman tanaman secara otomatis. Di atas mesin itu tergantung router wifi. “Sistem irigasi dan pemberian pupuk bisa otomatis. Ini bisa dikendalikan dari jarak jauh, ada aplikasinya di handphone,” jelas Ruslan. Salah satu greenhouse milik Pesantren Al Ittifaq, di Desa Alam Endah, Rancabali, Kabupaten Bandung, 18/6/2020. Sumber Aminuddin Menurut Agus, mentor yang melatih santri bercocok tanam berasal dari organisasi nirlaba bernama PUM Netherland Senior Expert. Selain itu, Ponpes pun didampingi pakar pertanian dari Japan International Cooperation Agency JICA. Menurutnya, ketahanan pangan bisa terwujud kalau ada kesinambungan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Makanya, sistem bertani dilakukan secara permakultur, dimana penanaman bermacam sayuran didesain agar terjadi kesinambungan dan stok pangan bisa terjaga sepanjang tahun. Konsep ramah lingkungan termasuk dalam sistem permakultur. Praktisi Ketahanan Pangan Yayasan Odesa, Basuki Suhardiman mengatakan sistem pertanian yang digagas Al-Ittifaq bisa menjadi contoh bagaimana pengentasan masalah ketahanan pangan dilakukan dari sebuah institusi keagamaan. Menurutnya, Mang Haji mampu menerapkan nilai ajaran Islam ke dalam konsep pertanian. “Apa yang dilakukan Al-Ittifaq itu contoh. Menurut saya pesantren yang seperti itu baru Al-Ittifaq, di Jabar. Dia punya lahan terbatas, ya udah pakai, bekas sisa makanan dijadikan pupuk untuk tanah. Itu dilakukan oleh Al-Ittifaq,” tukasnya. “Ini kan dari value Islam, jangan ada yang mubazir, itu teman setan, Kyai Fuad selalu bilang seperti itu,” tambahnya. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umbara, mengatakan Al-Ittifaq menjadi pesantren percontohan bagi pesantren lain dalam mengembangkan pertanian modern. “Jadi kalau Al-Ittifaq mah sudah menjadi contoh pesantren. Kan itu unik ya ada kegiatan selain mengaji ada juga kegiatan pertanian yang luar biasa,” kata Tisna. Tidak terlalu terdampak pandemi Covid-19 Hampir seluruh sektor bisa dibilang lesu akibat pandemic COVID-19 yang kini menjangkiti dunia. Namun, tidak demikian dengan kegiatan pertanian di Al-Ittifaq. “Kalau aktivitas secara di lapangan tidak berubah, social distancing di kebun pasti jauh-jauh. Proses pasca panen kita disini dinilai oleh Albert Heijn perusahaan retail Belanda,” ucap Agus. Meskipun rantai pasokan Al-Ittifaq sempat terputus saat terjadi pandemi, dimana mereka tidak bisa mengirim barang untuk restoran dan hotel, tapi hal itu kemudian ditutupi oleh layanan belanja sayuran secara daring. “Kalau kitanya bersyukur, semua ada hikmahnya, contohnya sekarang Al-Ittifaq punya pasar online di ungka Agus. Petani asal Kabupaten Bandung, Hudan Mustakim 30 mengatakan wabah tidak terlalu berdampak pada sektor pertanian. Justru, Hudan mengaku cukup diuntungkan saat pandemi lantaran bisa menjual komoditasnya dengan harga tidak terlalu murah. “Kemarin tanam tomat, alhamdulillah harga cukup bagus, per kg bisa terjual Rp ke bandar. terus kan ditutup juga distribusi dari daerah lain jadi distribusi sayuran disini untuk pasar di wilayah Bandung cukup aman,” tukasnya. *Versi panjang dari liputan ini telah diterbitkan di pada tanggal 25 Juli 2020.
PondokPesantren Al-Ittifaq mendidik para santri dengan ilmu berwirausaha agribisnis di samping memberikan pembelajaran agama. yang berkeinginan nyantri sambil sekolah formal dimasukkan sebagai santri khalafi dengan membayar biaya pendidikan saat awal masuk pesantren sebesar Rp. 1.400.000,00 meliputi biaya pendaftaran, IPP bulanan, sarana
– Saat memasuki kawasan Pondok Pesantren Al-Ittifaq, kita akan disambut dengan aroma khas sayuran dataran tinggi yang menyegarkan. Ya, inilah pondok pesantren agribisnis yang menjalankan pertanian organik terpadu, kiprahnya bagi kemajuan masyarakat petani di sekitarnya tidak diragukan lagi. Pondok Pesantren Al-Ittifaq awalnya bernama Pondok Pesantren Ciburial, didirikan pada 1 Februari 1934 16 Syawal 1302 H oleh Mansyur. Pondok Pesantren ini berlokasi di Kampung Ciburial No. 18 RT03/RW10, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Letaknya di ketinggian meter dari permukaan laut dengan suhu udara yang sejuk antara 19-20 0C dan curah hujan ratar-rata mm/tahun. Pesantren ini menggunakan metode salafiyah dalam sistem pendidikan pesantrennya. Materi yang diajarkan awalnya sama dengan pesantren-pesantren salafiyah lain di Indonesia, yaitu kitab-kitab klasik yang dikenal dengan kitab kuning. Pada tahun 1953, kepemimpinan pesantren berpindah kepada Rifai, putra Mansyur. Pada tahun 1970, tepatnya sejak kepemimpinan Fuad Affandi, putra Rifai, terjadi perubahan yang signifikan pada visi, misi, orientasi, tradisi dan program pembelajaran Pesantren Al-Ittifaq. Awalnya sektor pertanian tidak diminati oleh masyarakat karena tidak ada pengetahuan dalam bertani, akses jalan yang sulit dari lahan ke jalan raya, dan tidak tahu setelah panen mau dijual kemana. Padahal, mereka tinggal di atas hamparan tanah yang subur dan iklim yang cocok untuk bertani dan berkebun. Masyarakat di wilayah ini kebanyakan menyewakan tanahnya kepada orang-orang kaya yang datang dari luar. Hal inilah yang mendorong Kiai Fuad menekuni bidang agribisnis agar masyarakat Ciburial bisa menjadi tuan di daerahnya sendiri. Pengembangan ekonomi pesantren Al-Ittifaq berangkat dari fenomena yang terjadi di lingkungan pondok pesantren tersebut. Setelah melakukan pengamatan dan pemahaman terhadap realitas kebutuhan masyarakat, Fuad Affandi melakukan pembaharuan. Pertama, pengubahan nama pesantren yang semula bernama Pesantren Ciburial menjadi Pesantren Al-Ittifaq. Kedua, mengubah orientasi dan visi pesantren. Ketiga, membangun infrastruktur pesantren, yaitu membangun asrama, jaringan listrik, sarana jalan, perbaikan mesjid dan tempat belajar. Keempat, membangun kerjasama dengan berbagai pihak, baik dengan pemerintah, perguruan tinggi dan LSM. Kelima, melakukan pengembangan pembelajaran melalui penerjemahan kitab-kitab standar yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Sunda. Pembaharuan tersebut ternyata membuahkan hasil yang cukup efektif sebagai modal untuk pengembangan pesantren selanjutnya. Mulai Tahun 1970 Fuad Affandi mencoba memadukan antara kegiatan keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian agribisnis di pondok pesantrennya karena sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Ada dua alasan Pondok Pesantren Al-Ittifaq menerapkan pendidikan di sektor pertanian. Pertama, hampir 90% santri Al-Ittifaq adalah santri kurang mampu. Kedua, 100% santri yang masuk ke pondok pesantren tidak mungkin secara keseluruhan keluar akan menjadi ulama. Adanya pelatihan di sektor pertanian diharapkan mampu mendorong santri untuk mengembangkan karir di bidang agribisnis setelah lulus. Santri didorong untuk mandiri dan belajar tauhid sehingga diharapkan mampu mengajarkan ilmu agama yang diimbagi dengan berkarya. Kegiatan usaha pertanian agribisnis berlangsung hingga sekarang, bahkan menjadi tulang punggung kegiatan pesantren. Pondok Pesantren Al-Ittifaq saat ini dijadikan sebagai tempat magang atau pelatihan agribisnis dari santri, mahasiswa, dan petani yang berasal dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri. Kegiatan agribisnis yang dilakukan pesantren ini menghasilkan efek yang luar biasa terhadap kelangsungan proses pendidikan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Hasil dari kegiatan agribisnis dapat digunakan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan warga pesantren. Produk yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis memiliki nilai keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga Pondok Pesantren Al-Ittifaq dijadikan sebagai laboratorium dalam menumbuhkembangkan jiwa mandiri dan wirausaha santri. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq, yaitu mencetak santri yang berakhlak mulia, mandiri, dan berjiwa wirausaha. KH Fuad sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk memberdayakan pondok pesantren bersama warga, supaya mandiri dengan mengelola lahan subur di sekitar yang selama ini tidak digarap. Usaha bertahun-tahun tersebut mulai dari membangun akses jalan bersama warga, menanam komoditi yang sudah jelas pasarnya, hingga mengatur keuangan para petani supaya cukup untuk sehari-hari dan cukup untuk pembiayaan musim tanam berikutnya. Semangat Mang Haji Fuad, panggilan akrab warga kepada KH Fuad Affandi, tercermin dalam ungkapannya yang terkenal Jangan sampai ada sejengkal tanah yang tidur Jangan sampai ada sedikit waktu yang nganggur Jangan sampai ada sehelai sampah yang ngawur “Jangan sampai ada sehelai sampah yang ngawur”, maksudnya sayuran yang rusak dan tidak lolos sortir menjadi pakan ternak dan ikan, kotoran dari unit peternakan masuk kedalam reaktor biogas dan menjadi pupuk untuk musim tanam selanjutnya. Semua dapat merasakan manfaatnya. Seiring perjalanan waktu, orientasi pesantren diperluas dan diperjelas. Pesantren diorientasikan pada pengembangan masyarakat, yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat dhuafa miskin, fakir, dan yatim-piatu dan masyarakat sekitar melalui pendekatan agama dan perekonomian. Untuk itu, pesantren melakukan diversifikasi jenis pendidikan, yaitu pendidikan keagamaan yang berorientasi pada tafaqquh fiddin, pendidikan formal khalafi, dan pendidikan nonformal dalam bentuk pendidikan keterampilan life skill. Oleh karena itu, para santri juga dibekali kemampuan agribisnis agar setelah lulus dapat mandiri. Alumni santri tani dari ponpes Al-Ittifaq banyak yang kembali ke tempat asal dan membangun sektor pertanian di daerahnya. Jumlah santri yang dibina sekitar 1200-an. Sebagian besar 59% santri berasal dari Kecamatan Ranca Bali dan sekitarnya. Mereka umumnya berasal dari keluarga yang tidak mampu, dengan latar pendidikan orang tua sebagian besar setara SD. Untuk mendukung usaha agribisnisnya, yayasan ponpes Al Ittifaq membentuk koperasi yang disebut Koperasi Pondok Pesantren Alif dengan akte pendirian 6 Juni 1997. Kopontren Alif memiliki enam unit usaha, yaitu unit sarana produksi, apotek, waserda, unit pemasaran, koperasi simpan pinjam dan unit agribisnis yang terdiri atas unit pertanian, unit peternakan dan perikanan. Unit sarana produksi adalah unit usaha yang bertanggung jawab untuk mengatur ketersediaan input untuk keperluan usahatani. Input-input yang dihasilkan antara lain pestisida organik ciknabat, innabat, sirnabat, betapur dan bakteri komposer MFA. Unit Pemasaran melakukan pemasaran komoditi sayuran ke pasar-pasar swalayan seperti Hero, Superindo, Makro dan lainnya. Unit agribisnis adalah unit usaha yang paling berperan bagi ponpes. Unit ini membawahi unit pertanian, peternakan dan perikanan. Beberapa usaha komersial yang bergerak dalam bidang agribisnis yang dikelola oleh Pondok Pesantren Al- Ittifaq adalah budidaya dan pemasok sayuran dataran tinggi, serta usaha peternakan sapi perah dan penggemukan domba. Sedangkan usaha pembuatan pupuk organik dan budidaya ikan tidak dikomersialkan karena tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan usahatani dan konsumsi harian santri dan keluarga ponpes. Unit pertanian adalah bagian yang bertanggung jawab mengurus kegiatan usahatani sayuran ponpes. Unit peternakan dan perikanan bertanggung jawab mengurus peternakan dan pembudidayaan ikan. Kegiatan yang dilakukan unit ini berupa penjualan susu murni, penjualan ternak untuk Hari Raya Idul Adha dan berbagai acara lainnya. Budidaya sayuran dataran tinggi dilakukan di atas lahan seluas kurang lebih 16 ha dengan menggunakan sistem pola tanam atau pergiliran tanaman. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas produksi guna memenuhi permintaan harian dari supermarket di Bandung dan Jakarta. Sayuran yang ditanam adalah wortel, tomat, buncis, kubis, bawang daun dan cabai. Namun, komoditas yang ditanam dapat diubah sesuai keperluan. Kegiatan usaha peternakan meliputi ternak sapi perah dan domba. Tujuan diadakan ternak ini adalah untuk memanfaatkan limbah sayuran yang dihasilkan setiap hari oleh ponpes. Dengan adanya ternak, limbah pertanian sayuran dapat dimanfaatkan sebagai pakan dan sebaliknya, limbah ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Selain kompos, ponpes menggunakan input usahatani buatan sendiri dalam usahatani yang dijalankannya. Obat-obatan yang digunakan merupakan obat-obatan alami yang diramu sendiri menggunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar ponpes. Obat-obatan tersebut telah terbukti penggunaannya dalam memproduksi sayuran yang berkualitas dan terbebas dari hama penyakit. Kopontren Alif menjadi off taker hasil panen dari lahan pertanian seluas 130 hektar milik 270 petani yang tergabung dalam 6 kelompok tani di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Para petani menjalankan pola tanam sesuai dengan permintaan pasar sehingga mereka hanya menanam yang sudah jelas pembelinya sehingga Kopontren Alif mampu menyuplai sayuran setiap hari sepanjang tahun dengan konsisten. Kopontren Alif menyediakan sayuran dan buah segar sesuai dengan permintaan dari modern market seperti Superindo, Yogya group, Aeon, dan Horeka di Bandung dan sekitarnya. Volume pengiriman sayuran segar setiap harinya tidak kurang dari 3 ton. Dengan standar Good Agriculture Practices dan Good Handling Practices, sayuran dari Kopontren Alif aman untuk dikonsumsi, sekaligus meminimalisir food loss yang mungkin terjadi. Sebagian keuntungan penjualan hasil pertanian selain dibagikan kepada para petani, juga digunakan untuk operasional pondok pesantren, dimana 30% santrinya berasal dari keluarga tidak mampu sehingga biaya hidup makan sehari-hari dan pendidikan mereka ditanggung oleh pondok pesantren. Keren abis, kan? Setelah Kyai Fuad Afandi memimpin selama 40 tahun lebih, tidak hanya menempatkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebagai pesantren agribisnis “termaju” di Indonesia, tetapi juga berkontribusi mengembangkan komunitas pesantren dan masyarakat sekitar menjadi masyarakat maju, sejahtera, produktif, sekaligus relijius. Kyai Fuad kini telah wafat, meninggalkan amal soleh dan amal jariyah yang luar biasa. Semoga kita dapat meneladaninya. das Kunjungi Nursery Tanaman Hias Keren di Kota Bogor, Ini Link-nya IG Tiktok Yuk, tonton video menarik ini
HQHorgj.